Sabtu, 03 Desember 2011

NEGARA DALAM BAHAYA


By. AHMAD APRILLAH
Jika diibaratkan seperti barang pecah belah. Maka identitas keindonesian kita telah hancur dan remuk berkeping-keping. Persatuan yang dulu begitu diagung-agungkan kini diganti oleh semangat kesukuan, semangat kedaerahan, bahkan semangat keagamaan. Tidak ada lagi Indonesia sebagai sebuah identitas bersama. Gara-gara orang beda daerah orang saling tikam. Lantaran beda agama dan kepercayaan orang saling membunuh. Contoh kasusnya saya rasa tak perlu untuk saya sebutkan karena sudah menjadi menu keseharian kita melalui media massa; cetak maupun elektronik.

Lalu dimanakah posisi keindonesian kita saat ini? Masihkah ada nasionalisme dalam hati setiap orang Indonesia? Ataukah nasionalisme kita hanya terjepit diantara dua kali empat puluh lima menit dalam sebah pertandingan sepak bola? Saya katakan demikian karena nasionalisme kita mewajah seolah hanya ketika timnas kita bertanding. Akan tetapi nasionalisme dua kali empat puluh lima menit itu pun sekarang tengah terancam. Ini lantaran ulah segelintir orang yang justru mengaku sebagi seorang negarawan.
Kalau kita introspeksi ke belakang lunturnya nasionalisme itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang sulit untuk diramalkan. Dalam beberapa tahun belakangan negara seolah alpa dari kehidupan warganya. Kemiskinan yang akut masih terus dibiarkan. Orang sakit dibiarkan tidak berobat. Ribuan orang hidup tanpa tempat berteduh. Kaum minoritas diperlakukan semena-mena. Atas semua hal di atas negara seolah lepas tangan. Padahal pada saat-saat yang seperti itulah arti kehadiran negara sangat didambakan oleh rakyatnya. Negara diharapkan tidak hanya reaktif terhadap semua itu. Justru negara dituntut untuk proaktif dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakatnya. Sehingga tuah dari keberadaan negara dapat dirasakan oleh segenap masyarakat Indonesia.
Akan tetapi dengan kondisi negara yang seperti diatas maka tdak mengherankan jika masyarakat mulai berpikir tentang peran dan fungsi dari negara. Masih adakah cita-cita luhur negara yang diidealkan oleh para foundingfathers negara kita? Ternyata negara tidak membawa dampak apa pun dalam kehidupan masyarakat. Negara seolah sibuk dengan aparatur dan birokrasinya sendiri sampai tidak mempunyai waktu untuk mengurusi nasib dan kebutuhan rakyatnya.
Dengan kondisi yang seperti saat ini maka sebenarnya keberadaan negara kita mulai terancam. Rakyat yang dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap negara mulai mencari sistem alternative terhadap system negara saat ini. Dan mungkin tidak mungkin negara akan jatuh dalam chaos dan kollaps. Maka jika hal ini tejadi maka akan sangat disayangkan. Bagaimana negara justru terjatuh ditangan rakyat yang justru menurut faham demokrasi merupakan pemilik sah dari negara itu sendiri.
Ketika negara kolaps berbagai kekuatan bertarung untuk meraih tampuk kekuasaan. Bahkan preman pun mulai masuk ke dalam sendi-sendi kenegaraan kita. Mungkin memang secara langsung mereka belum berkuasa namun secara tidak langsung mereka telah mulai merongrong dalam sendi negara kita. Preman disini bukan saja preman-preman politik tetapi juga termasuk para preman-preman berjubah. Mereka seolah menjadi pemilik sah menjadi dari republik ini. Mereka tanpa rasa segan sedikitpun menyerang kelompok lain. Mereka dengan brutal membumihanguskan orang-orang yang dianggap berbeda dari mereka.
Kelompok mayoritas seolah mendapatkan legitimasi dari kuantitas mereka untuk menyerang kelompok minoritas. Kelompok minoritas selalu saja menjadi kelompok yang terpojok. Mereka seolah dianggap bukan warga sah dari negeri ini. sehingga mereka sah untuk diserang. Dan lagi-lagi negara absent untk membela kelompok minoritas ini. Negara kadang malah terkesan melakukan pembenaran terhadap aksi kelompok mayoritas. Maka perlu dipertanyakan dimana posisi keindonesiaan kita saat ini. Masihkah kita merasa sebagai seorang warga Indonesia setelah kita justru hak-hak hidup kita tak lagi terlindungi?
AHMAD APRILLAH, mahasiswa jurusan pendidikan bahasa inggeris FKIP Unram. Aktif di LPM Pena kampus FKIP Unram semenjak 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar